BURUNG termasuk satwa yang memiliki banyak kelebihan dibanding dengan beberapa kelompok satwa lainnya, yaitu karena kemampuannya untuk terbang. Walaupun ada beberapa species burung yang tidak dapat terbang, seperti kasuari, kiwi, penguin, dan lainnya, tetapi sebagian besar dari mereka dapat melakukan perpindahan tempat, baik untuk kepentingan mencari pakan, berkembangbiak maupun untuk menghindari ancaman. Beberapa species burung malah mampu terbang ribuan mil, antarbenua, mengikuti perubahan musim tertentu, dengan hanya kehilangan beberapa gram berat badan setelah penerbangan berjam-jam.
Kelebihan burung antara lain karena organ penutup badannya berupa bulu (feathers), dan hanya burung yang memiliki bulu. Satwa lain, seperti kucing, domba, atau musang, tidak memiliki bulu, tapi dikenal sebagai rumbut (hairs). Bulu burung memiliki keistimewaan dibanding rambut, yaitu selain kemampuannya untuk menahan perubahan iklim secara lebih efisien, juga karena memudahkannya untuk terbang. Dalam kelompok mamalia, hanya kelelawar atau kalong yang benar-benar dapat terbang, dan species lainnya seperti kubung, tupai, posum, hanya dapat melayang.
Sebagian dari burung-burung yang ditemukan di Indonesia merupakan burung migran, terutama dari kelompok burung air, yang didominasi oleh burung-burung perancah (wader). Kehadiran mereka disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu sebagai bagian dari migrasi musiman karena perubahan iklim di tempat asalnya menjadi sangat dingin, untuk berkembangbiak pada musim panas, untuk mencari pakan dalam wilayah yang lebih luas, atau karena kerusakan habitat yang ekstrem.
Burung-burung memiliki wilayah sebaran yang bersifat permanen, dan karena itu ada yang dapat ditemukan di berbagai tempat (pandemic) dan ada yang ditemukan hanya hidup secara lokal (endemic). Indonesia termasuk negara yang memiliki species burung endemik yang banyak, antara lain disebabkan oleh faktor geografis, yang terdiri dari banyak pulau. Walaupun beberapa species burung dapat mengabaikan rintangan fisik (barrier), seperti selat dan perairan lepas yang mengantarai pulau-pulau, namun lebih banyak lagi yang tidak dapat melakukan perpindahan, terutama karena ketergantungannya pada karakteristik habitat.
Beberapa species burung melakukan pemeliharaan terhadap anak-anaknya, dan anak-anak itu menjadi pengikut di induknya (precocial) untuk beberapa lama; induk membantu mencari makanan dan melindungi anak-anaknya dari ancaman pemangsa. Tapi ada juga species tertentu yang anak-anaknya langsung mandiri, malahan si anak tidak mengenal induknya, seperti burung maleo. Anak maleo yang baru keluar dari timbunan sarang pasir vulkanik, sudah memiliki bulu lengkap dan organ-organ lainnya sudah lebih permanen, dan langsung menuju hutan untuk hidup secara mandiri.
Ada kelompok burung yang dalam kehidupannya sangat mengandalkan fungsi kaki (gallinaceous), untuk mencari makanan dan mempertahankan diri, atau melakukan aktivtas lain seperti membangun sarang. Burung-burung dari kelompok megapode, misalnya maleo dan gosong, mengandalkan kaki untuk menggali lubang sarang di tanah, sampai kedalaman 150 cm; atau burung kasuari yang mengandalkan kaki untuk berlari, dengan kecepatan 60 km per jam, ketika menghindar dari ancaman.
Selanjutnya diuraikan species-species burung di Indonesia berdasarkan ordo dan familinya, sebagai berikut:
Dari ordo Psittaciformes, diwakili oleh hanya satu famili, yaitu Psittacidae (ada yang menempatkan kakatua pada famili tersendiri, Cacatuidae*1), dengan species masing-masing:
Kelebihan burung antara lain karena organ penutup badannya berupa bulu (feathers), dan hanya burung yang memiliki bulu. Satwa lain, seperti kucing, domba, atau musang, tidak memiliki bulu, tapi dikenal sebagai rumbut (hairs). Bulu burung memiliki keistimewaan dibanding rambut, yaitu selain kemampuannya untuk menahan perubahan iklim secara lebih efisien, juga karena memudahkannya untuk terbang. Dalam kelompok mamalia, hanya kelelawar atau kalong yang benar-benar dapat terbang, dan species lainnya seperti kubung, tupai, posum, hanya dapat melayang.
Sebagian dari burung-burung yang ditemukan di Indonesia merupakan burung migran, terutama dari kelompok burung air, yang didominasi oleh burung-burung perancah (wader). Kehadiran mereka disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu sebagai bagian dari migrasi musiman karena perubahan iklim di tempat asalnya menjadi sangat dingin, untuk berkembangbiak pada musim panas, untuk mencari pakan dalam wilayah yang lebih luas, atau karena kerusakan habitat yang ekstrem.
Burung-burung memiliki wilayah sebaran yang bersifat permanen, dan karena itu ada yang dapat ditemukan di berbagai tempat (pandemic) dan ada yang ditemukan hanya hidup secara lokal (endemic). Indonesia termasuk negara yang memiliki species burung endemik yang banyak, antara lain disebabkan oleh faktor geografis, yang terdiri dari banyak pulau. Walaupun beberapa species burung dapat mengabaikan rintangan fisik (barrier), seperti selat dan perairan lepas yang mengantarai pulau-pulau, namun lebih banyak lagi yang tidak dapat melakukan perpindahan, terutama karena ketergantungannya pada karakteristik habitat.
Beberapa species burung melakukan pemeliharaan terhadap anak-anaknya, dan anak-anak itu menjadi pengikut di induknya (precocial) untuk beberapa lama; induk membantu mencari makanan dan melindungi anak-anaknya dari ancaman pemangsa. Tapi ada juga species tertentu yang anak-anaknya langsung mandiri, malahan si anak tidak mengenal induknya, seperti burung maleo. Anak maleo yang baru keluar dari timbunan sarang pasir vulkanik, sudah memiliki bulu lengkap dan organ-organ lainnya sudah lebih permanen, dan langsung menuju hutan untuk hidup secara mandiri.
Ada kelompok burung yang dalam kehidupannya sangat mengandalkan fungsi kaki (gallinaceous), untuk mencari makanan dan mempertahankan diri, atau melakukan aktivtas lain seperti membangun sarang. Burung-burung dari kelompok megapode, misalnya maleo dan gosong, mengandalkan kaki untuk menggali lubang sarang di tanah, sampai kedalaman 150 cm; atau burung kasuari yang mengandalkan kaki untuk berlari, dengan kecepatan 60 km per jam, ketika menghindar dari ancaman.
Selanjutnya diuraikan species-species burung di Indonesia berdasarkan ordo dan familinya, sebagai berikut:
Dari ordo Psittaciformes, diwakili oleh hanya satu famili, yaitu Psittacidae (ada yang menempatkan kakatua pada famili tersendiri, Cacatuidae*1), dengan species masing-masing:
Famili PSITTACIDAE – nuri, dorra, betet, dakkoro, kakatua, picing
Alisterus amboinensis, Moluccan king-parrot
Alisterus chloropterus, Papuan king-parrot
Aprosmictus erythropus, Red-winged parrot
Aprosmictus jonquillaceus, Olive-shouldered parrot
Cacatua sanginea, Little corella*1
Cacatua alba, White cockatoo*1
Cacatua galerita, Sulphur-crested cockatoo*1
Cacatua goffiniana, Tanimbar corella*1
Cacatua moluccensis, Salmon-crested cockatoo*1
Cacatua sulphurea, Yellow-crested cockatoo*1
Chalcopsitta atra, Black lory
Chalcopsitta duivenbodei, Brown lory
Chalcopsitta stintillata, Yellow-streaked lory
Charmosyna flacentis, Red-flanked lorikeet
Charmosyna josefinae, Josephine’s lorikeet
Charmosyna multistriata, Striate lorikeet
Charmosyna papou, Papuan lorikeet
Charmosyna pulchella, Fairy lorikeet
Charmosyna rubronotata, Red-fronted lorikeet
Charmosyna toxopei, Blue-fronted lorikeet
Charmosyna wilhelminae, Pygmy lorikeet
Cyclopsitta diophthalma, Double-eyed fig-parrot
Cyclopsitta gulielmitertii, Orange-breasted fig-parrot
Eclectus roratus, Eclectus parrot
Eos bornea, Red lory
Eos cyanogenia, Black-winged lory
Eos histrio, Red-and-blue lory
Eos reticulata, Blue-streaked lory
Eos semilarvata, Blue-eared lory
Eos squamata, Violet-necked lory
Geoffroyus geoffroyi, Red-cheeked parrot
Geoffroyus simplex, Blue-collared parrot
Loriculus amabilis, Moluccan hanging-parrot
Loriculus aurantiifrons, Papuan hanging-parrot
Loriculus catamene, Sangihe hanging-parrot
Loriculus exilis, Pygmy hanging-parrot
Loriculus flosculus, Wallace’s hanging-parrot
Loriculus galgulus, Blue-crowned hanging-parrot
Loriculus pusillus, Yellow-throated hanging-parrot
Loriculus sclateri, Sula hanging-parrot
Loriculus stigmatus, Sulawesi hanging-parrot
Lorius domicella, Pusple-naped lory
Lorius garrulus, Chattering lory
Lorius lory, Black-capped lory
Micropsitta bruijnii, Red-breasted pygmy-parrot
Micropsitta geelvinkiana, Geelvink’s pygmy-parrot
Micropsitta keiensis, Yellow-capped pygmy-parrot
Micropsitta pusio, Buff-faced pygmy-parrot
Neopsittacus musschenbroekii, Yellow-billed lorikeet
Neopsittacus pullicauda, Orange-billed lorikeet
Oreopsittacus arfaki, Plum-faced lorikeet
Prioniturus flavicans, Yellowish-breasted racquet-tail
Prioniturus mada, Buru racquet-tail
Prioniturus platurus, Golden-mantled racquet-tail
Probosciger aterrimus, Palm cockatoo*1
Pseudeos fuscata, Dusky lory
Psittacella brehmii, Brehm’s tiger-parrot
Psittacella madaraszi, Madarasz’s tiger-parrot
Psittacella modesta, Modest tiger-parrot
Psittacella picta, Painted tiger-parrot
Psittacula alexandri, Red-breasted parakeet
Psittacula longicauda, Long-tailed parakeet
Psittaculirostris desmarestii, Large fig-parrot
Psittaculirostris edwadsii, Edward’s fig-parrot
Psittaculirostris salvadorii, Salvadori’s fig-parrot
Psitteuteles goldiei, Goldie’s lorikeet
Psitteuteles iris, Iris lorikeet
Psittinus cyanurus, Blue-rumped parrot
Psittrichas fulgidus, Pesquet’s parrot
Tanygnathus gramineus, Black-lored parrot
Tanygnathus lucionensis, Blue-naped parrot
Tanygnathus megalorhynchos, Great-billed parrot
Tanygnathus sumatranus, Azure-rumped parrot
Trichoglossus euteles, Olive-headed lorikeet
Trichoglossus flavoviridis, Yellow-and-green lorikeet
Trichoglossus haematodus, Rainbow lorikeet
Trichoglossus ornatus, Ornate lorikeet
Dari ordo Strigiformes, diwakili oleh famili-famili Tytonidae dan Strigidae, dengan species masing-masing:
Famili TYTONIDAE – serak, wowo
Phodilus badius, Oriental bay-owl
Tyto alba, Barn owl
Tyto inexspectata, Minahassa owl
Tyto longimembris, Australasian grass-owl
Tyto nigrobrunnea, Taliabu owl
Tyto novaeholandiae, Australian masked-owl
Tyto rosenbergii, Sulawesi owl
Tyto sororcula, Lesser masked-owl
Tyto tenebricosa, Greater Sooty-owl
Famili STRIGIDAE – burung hantu, celepuk, ketupa, seloputo, beluk
Bubo sumatranus, Barred eagle-owl
Glaucidium brodiei, Collared owlet
Glaucidium castanopterum, Javan owlet
Ketupa ketupu, Buffy fish-owl
Ninox boobook, Southern boobook
Ninox burhani, Togian hawk-owl
Ninox connivens, Barking owl
Ninox ios, Cinnabar hawk-owl
Ninox japonica, Northern boobook
Ninox natalis, Christmas Island hawk-owl
Ninox novaeseelandiae, Morepork
Ninox ochracea, Ochre-bellied hawk-owl
Ninox punctulata, Speckled hawk-owl
Ninox randi, Chocolate boobook
Ninox rudolfi, Sumba boobook
Ninox rufa, Rufous owl
Ninox scutulata, Brown hawk-owl
Ninox squamipila, Moluccan hawk-owl
Ninox sumbaensis, Sumba hawk-owl
Ninox theomacha, Jungle hawk-owl
Otus alfredi, Flores scoops-owl
Otus alius, Nicobar scoops-owl
Otus angelinae, Javan scoops-owl
Otus beccarii, Biak scoops-owl
Otus brookii, Rajah scoops-owl
Otus collari, Sangihe scoops-owl
Otus enganensis, Enggano scoops-owl
Otus lempiji, Sunda scoops-owl
Otus magicus, Moluccan scoops-owl
Otus manadensis, Sulawesi scoops-owl
Otus mentawi, Mentawai scoops-owl
Otus rufescens, Reddish scoops-owl
Otus sagittatus, White-fronted scoops-owl
Otus silvicola, Wallace’s scoops-owl
Otus spilocephalus, Mountain scoops-owl
Otus sunia, Oriental scoops-owl
Otus umbra, Simeulue scoops-owl
Strix leptogrammica, Brown wood-owl
Strix seloputo, Spotted wood-owl
Uroglaux dimorpha, Papuan hawk-owl
Dari ordo Troogoniformes, diwakili hanya satu famili, yaitu Trogonidae, dengan species:
Famili TROGONIDAE - kasumba
Harpactes reindwardtii, Javan trogon
Harpactes kasumba, Red-naped trogon
Harpactes diardii, Diard’s trogon
Harpactes whiteheadi, Whitehead’s trogon
Harpactes orrhophaeus, Cinnamon-rumped trogon
Harpactes duvaucelli, Scarlet-rumped trogon
Harpactes erythrocephalus, Red-headed trogon
Harpactes oreskios, Orange-breasted trogon
Harpactes mackloti, Sumatran trogon
(BERSAMBUNG)
Saya Salut dengan data yang ditampilkan, sangat membantu bagi penggemar flora dan fauna guna kelengkapan referensinya
BalasHapus