PERHATIAN terhadap burung-burung di Indonesia, khususnya oleh masyarakat umum, sejauh ini belum memadai, terutama secara terorganisir. Kelompok-kelompok masyarakat yang menaruh perhatian terhadap kelestarian burung-burung di Indonesia, dalam kelompok bird watcher, baru berkembang di beberapa kota di Jawa dan Bali. Atau mungkin juga terdapat di daerah-daerah lain, tetapi belum eksis sepenuhnya seperti yang diharapkan. Sebagian kelompok pengamat burung yang ada saat ini barulah pada taraf hobi atau karena minat. Di beberapa negara, seperti Australia, kelompok bird watcher ini sudah memasuki taraf profesi.
Kelompok pencinta atau pemerhati, mempunyai peran penting dalam upaya pelestarian burung, terutama terkait dengan hasil-hasil pengamatan dan pencermatan yang meraka lakukan terhadap kehidupan burung. Pengamatan terhadap perilaku burung, bukan hanya sekadar keinginan untuk mengetahui jenis burung itu, dengan mencocokkannya pada buku panduan lapangan. Pengamatan yang baik seharusnya mencakup cukup banyak hal, antara lain jenis, relung (niche) yang ditempati, kelimpahan jumlah, jenis dan keragaman pakan, suara dan respons terhadap lingkungan, interaksinya dengan species lain (burung atau bukan burung), dan sebagainya. Oleh pengamat yang cermat, hal-hal seperti ini merupakan catatan penting, yang dapat membantu memberikan informasi berkenaan dengan keberadaan satu species burung tertentu. Informasi ini akan amat penting sebagai bahan masukan dalam mengambil suatu kebijakan, khususnya dalam upaya penyelamatan burung.
Mengamati burung merupakan kegiatan yang sangat menarik, tetapi butuh kesabaran dan keuletan jika diinginkan hasil yang memuaskan. Menjadi pengamat burung, untuk kepentingan kesenangan atau karena adanya keinginan untuk membantu pelestarian burung, dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, karena burung hampir dapat ditemukan di setiap saat dan di setiap tempat. Dengan perlengkapan yang tidak terlalu banyak (teropong, kamera, alat perekam suara, buku catatan dan kelengkapannya, tenda kamuflase, counter, serta buku panduan lapangan), seseorang sudah dapat melakukan pengamatan yang standar. Dasar terpenting untuk melakukan pengamatan burung, adalah adanya penguasaan terhadap taksonomi burung, paling tidak terkait dengan morfologi burung.
Sebagai syarat pertama, ialah seorang pengamat burung harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai morfologi burung, sehingga tahu bagian-bagian (penampakan) luar seekor burung, mampu membedakan antara leher dan tengkuk burung, antara perut dan dada, dan sebagainya. Hal ini perlu, karena dalam pengamatan, morfologi memegang penanan penting untuk menentukan suatu species. Tentunya juga harus tahu nama-nama warna secara benar.
Sebagai syarat kedua, seorang pengamat juga harus mamiliki pengetahuan untuk membuat gambar sketsa (cukup gambar kasar) burung, dengan mengikuti pola-pola fisiologis yang bersifat baku. Artinya, sketsa seekor burung kuntul akan sangat berbeda dengan sketsa burung elang, karena perbedaan bentuk paruh, kaki dan cakar, dan sebagainya. Dengan gambar sketsa yang benar, meskipun hanya dilihat sepintas, seseorang sudah akan dapat mengetahui ordo atau famili dari burung yang diinformasikan oleh sketsa bersangkutan.
Syarat ketiga, seorang pengamat juga perlu mengetahui dasar-dasar pengenalan terhadap tumbuh-tumbuhan dan tipe lokasi yang memiliki hubungan erat dengan burung yang diamati, sehingga tahu persis burung itu aktif di lokasi apa (tepi hutan, pekarangan, sawah, rawa, dan sebagainya) dan menetap atau besarang di tumbuhan apa, serta memakan apa (serangga, buah, biji, nectar dan sebagainya). Seorang pengamat harus tahu bahwa burung yang diamatinya sangat aktif di pohon beringin, dan bukan di pohon trembesi. Tahu persis bahwa burung itu bersarang di rumpun bambu, di alang-alang atau di pohon pisang. Ini penting karena setiap species burung secara umum memiliki karakteristik terkait dengan feeding habits, breeding dan spawning habits, tempat mencari makan, berkembangbiak dan tempat memelihara anak-anaknya.
Selanjutnya uraian species dari ordo Passeriformes, yang diwakili oleh famili-famili Acanthizidae, Acrocephalidae, Aegithalidae, Aegithinidae, Alaudidae, Artamidae, Campephagidae, Chaetorhynchidae, Chloropseidae, Cinclosomatidae, Climacteridae, Corvidae, Cracticidae, Dicaeidae, Dicruridae, Emberizidae, Eurylaimidae, Fringillidae, Grallinidae, Hirundinidae, Irenidae, Laniidae, Maluridae, Melanocharitiidae, Meliphagidae, Monarchidae, Motacillidae, Muscicapidae, Nectariniidae, Neosittidae, Oriolidae, Orthonychidae, Pachycephalidae, Paradiseidae, Paramythiidae, Paridae, Passeridae, Petroicidae, Pittidae, Ploceidae, Pomatostomidae, Ptilonorhynchidae, Pycnonotidae, Rhipiduridae, Sittidae, Sturnidae, Sylviidae, Timaliidae, Turdidae, Zosteropidae, dengan species masing-masing:
Kelompok pencinta atau pemerhati, mempunyai peran penting dalam upaya pelestarian burung, terutama terkait dengan hasil-hasil pengamatan dan pencermatan yang meraka lakukan terhadap kehidupan burung. Pengamatan terhadap perilaku burung, bukan hanya sekadar keinginan untuk mengetahui jenis burung itu, dengan mencocokkannya pada buku panduan lapangan. Pengamatan yang baik seharusnya mencakup cukup banyak hal, antara lain jenis, relung (niche) yang ditempati, kelimpahan jumlah, jenis dan keragaman pakan, suara dan respons terhadap lingkungan, interaksinya dengan species lain (burung atau bukan burung), dan sebagainya. Oleh pengamat yang cermat, hal-hal seperti ini merupakan catatan penting, yang dapat membantu memberikan informasi berkenaan dengan keberadaan satu species burung tertentu. Informasi ini akan amat penting sebagai bahan masukan dalam mengambil suatu kebijakan, khususnya dalam upaya penyelamatan burung.
Mengamati burung merupakan kegiatan yang sangat menarik, tetapi butuh kesabaran dan keuletan jika diinginkan hasil yang memuaskan. Menjadi pengamat burung, untuk kepentingan kesenangan atau karena adanya keinginan untuk membantu pelestarian burung, dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, karena burung hampir dapat ditemukan di setiap saat dan di setiap tempat. Dengan perlengkapan yang tidak terlalu banyak (teropong, kamera, alat perekam suara, buku catatan dan kelengkapannya, tenda kamuflase, counter, serta buku panduan lapangan), seseorang sudah dapat melakukan pengamatan yang standar. Dasar terpenting untuk melakukan pengamatan burung, adalah adanya penguasaan terhadap taksonomi burung, paling tidak terkait dengan morfologi burung.
Sebagai syarat pertama, ialah seorang pengamat burung harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai morfologi burung, sehingga tahu bagian-bagian (penampakan) luar seekor burung, mampu membedakan antara leher dan tengkuk burung, antara perut dan dada, dan sebagainya. Hal ini perlu, karena dalam pengamatan, morfologi memegang penanan penting untuk menentukan suatu species. Tentunya juga harus tahu nama-nama warna secara benar.
Sebagai syarat kedua, seorang pengamat juga harus mamiliki pengetahuan untuk membuat gambar sketsa (cukup gambar kasar) burung, dengan mengikuti pola-pola fisiologis yang bersifat baku. Artinya, sketsa seekor burung kuntul akan sangat berbeda dengan sketsa burung elang, karena perbedaan bentuk paruh, kaki dan cakar, dan sebagainya. Dengan gambar sketsa yang benar, meskipun hanya dilihat sepintas, seseorang sudah akan dapat mengetahui ordo atau famili dari burung yang diinformasikan oleh sketsa bersangkutan.
Syarat ketiga, seorang pengamat juga perlu mengetahui dasar-dasar pengenalan terhadap tumbuh-tumbuhan dan tipe lokasi yang memiliki hubungan erat dengan burung yang diamati, sehingga tahu persis burung itu aktif di lokasi apa (tepi hutan, pekarangan, sawah, rawa, dan sebagainya) dan menetap atau besarang di tumbuhan apa, serta memakan apa (serangga, buah, biji, nectar dan sebagainya). Seorang pengamat harus tahu bahwa burung yang diamatinya sangat aktif di pohon beringin, dan bukan di pohon trembesi. Tahu persis bahwa burung itu bersarang di rumpun bambu, di alang-alang atau di pohon pisang. Ini penting karena setiap species burung secara umum memiliki karakteristik terkait dengan feeding habits, breeding dan spawning habits, tempat mencari makan, berkembangbiak dan tempat memelihara anak-anaknya.
Selanjutnya uraian species dari ordo Passeriformes, yang diwakili oleh famili-famili Acanthizidae, Acrocephalidae, Aegithalidae, Aegithinidae, Alaudidae, Artamidae, Campephagidae, Chaetorhynchidae, Chloropseidae, Cinclosomatidae, Climacteridae, Corvidae, Cracticidae, Dicaeidae, Dicruridae, Emberizidae, Eurylaimidae, Fringillidae, Grallinidae, Hirundinidae, Irenidae, Laniidae, Maluridae, Melanocharitiidae, Meliphagidae, Monarchidae, Motacillidae, Muscicapidae, Nectariniidae, Neosittidae, Oriolidae, Orthonychidae, Pachycephalidae, Paradiseidae, Paramythiidae, Paridae, Passeridae, Petroicidae, Pittidae, Ploceidae, Pomatostomidae, Ptilonorhynchidae, Pycnonotidae, Rhipiduridae, Sittidae, Sturnidae, Sylviidae, Timaliidae, Turdidae, Zosteropidae, dengan species masing-masing:
Famili ACANTHIZIDAE –
Acanthiza murina, Papuan thornbill
Crateroscelis murina, Rusty mouse-warbler
Crateroscelis nigrorufa, Bicolored mouse-warbler
Crateroscelis robusta, Mountanin mouse-warbler
Gerygone chloronotus, Green-backed gerygone
Gerygone chrysogaster, Yellow-bellied gerygone
Gerygone cinerea, Mountain gerygone
Gerygone dorsalis, Rufous-sided gerygone
Gerygone hypoxantha, Biak gerygone
Gerygone inornata, Plain gerygone
Gerygone levigaster, Mangrove gerygone
Gerygone magnirostris, Large-billed gerygone
Gerygone palpebrosa, Fairy gerygone
Gerygone ruficollis, Brown-breasted gerygone
Gerygone sulphurea, Golden-bellied gerygone
Sericornis arfakianus, Grey-green scrubwren
Sericornis beccarii, Beccari’s scrubwren
Sericornis nouhuysi, Large scrubwren
Sericornis papuensis, Papuan scrubwren
Sericornis perspicillatus, Buff-faced scrubwren
Sericornis rufescens, Vogelkop scrubwren
Sericornis spilodera, Pale-billed scrubwren
Sericornis virgatus, Perplexing scrubwren
Famili ACROCEPHALIDAE –
Abroscopus superciliaris, Yellow-bellied warbler
Acrocephalus aedon, Thick-billed warbler
Acrocephalus australis, Australian reed- warbler
Acrocephalus bistrigiceps, Black-browed reed- warbler
Acrocephalus orientalis, Oriental reed- warbler
Acrocephalus stentoreus, Clamorous reed- warbler
Bradypterus castaneus, Chestnut-backed bush-warbler
Bradypterus seebohmi, Russet bush-warbler
Buettikoferella bivittata, Buff-banded bushbird
Cettia carolinae, Tanimbar bush-warbler
Cettia vulcania, Sunda bush-warbler
Locustella amnicola, Sakhalin warbler
Locustella certhiola, Palla’s warbler
Locustella fasciolata, Gray’s warbler
Locustella lenceolata, Lanceolated warbler
Locustella ochotensis, Middendorff’s grasshopper- warbler
Megalurus albolimbatus, Fly River grassbird
Megalurus gramineus, Little grassbird
Megalurus palustris, Striated grassbird
Megalurus timorensis, Tawny grassbird
Ortothomus atrogularis, Dark-necked tailorbird
Ortothomus cuculatus, Mountai tailorbird
Ortothomus ruficeps, Ashy tailorbird
Ortothomus sepium, Olive-backed tailorbird
Ortothomus sericeus, Rufous-tailed tailorbird
Ortothomus sutorius, Common tailorbird
Phylloscopus borealis, Arctic warbler
Phylloscopus coronatus, Eastern crowned leaf-warbler
Phylloscopus inornatus, Yellow-browed warbler
Phylloscopus poliocephalus, Island leaf-warbler
Phylloscopus presbytes, Timor leaf-warbler
Phylloscopus sarasinorum, Sulawesi leaf-warbler
Phylloscopus trivirgatus, Mountain warbler
Seicercus castaniceps, Chestnut crowned warbler
Seicercus grammiceps, Sunda warbler
Seicercus montis, Yellow-breasted warbler
Tesia cyaniventer, Grey-bellied tesia
Tesia everetti, Russet-capped tesia
Tesia superciliaris, Javan tesia
Urosphena subulata, Timor subtail
Urosphena whiteheadi, Bornean subtail
Famili AEGITHALIDAE –
Psaltria exilis, Pygmy tit
Famili AEGITHINIDAE –
Aegithina tiphia, Common iora
Aegithina viridissima, Green iora
Famili ALAUDIDAE – branjangan, alippaja
Mirafra javanica, Australasian bushlark
Famili ARTAMIDAE –
Artamus cinereus, Black-faced woodswallow
Artamus leucorhynchus, White-breasted woodswallow
Artamus maximus, Great woodswallow
Artamus monachus, White-backed woodswallow
Famili CAMPEPHAGIDAE –
Campochaera sloetii, Golden cuckoo-shrike
Coracina abbotti, Pygmy cuckoo-shrike
Coracina atriceps, Moluccan cuckoo-shrike
Coracina bicolor, Pied cuckoo-shrike
Coracina boyeri, Boyer’s cuckoo-shrike
Coracina caeruleogrisea, Stout-billed cuckoo-shrike
Coracina ceramensis, Pale-grey cuckoo-shrike
Coracina dispar, Kai cuckoo-shrike
Coracina dohertyi, Sumba cuckoo-shrike
Coracina fimbriata, Lesser cuckoo-shrike
Coracina fortis, Buru cuckoo-shrike
Coracina incerta, Papuan cuckoo-shrike
Coracina javensis, Javan cuckoo-shrike
Coracina larvata, Sunda cuckoo-shrike
Coracina leucopygia, White-rumped cuckoo-shrike
Coracina lineata, Yellow-eyed cuckoo-shrike
Coracina longicauda, Hooded cuckoo-shrike
Coracina melas, New Guinea cuckoo-shrike
Coracina montana, Black-bellied cuckoo-shrike
Coracina morio, Sulawesi cuckoo-shrike
Coracina novaehollandiae, Black-faced cuckoo-shrike
Coracina papuensis, White-bellied cuckoo-shrike
Coracina parvula, Halmahera cuckoo-shrike
Coracina personata, Wallacean cuckoo-shrike
Coracina schistacea, Slaty cuckoo-shrike
Coracina schisticeps, Grey-headed cuckoo-shrike
Coracina striata, Bar-bellied cuckoo-shrike
Coracina sula, Sula cuckoo-shrike
Coracina temminckii, Cerulean cuckoo-shrike
Coracina tenuirostris, Cicadabird
Hemipus hirundinaceus, Black-winged flycatcher-shrike
Lalage atrovirens, Black-browed triller
Lalage aurea, Rufous-bellied triller
Lalage leucomela, Varied triller
Lalage leucopygialis, White-rumped triller
Lalage moesta, White-browed triller
Lalage nigra, Pied triller
Lalage seurii, White-shouldered triller
Pericrocotus cinnamomeus, Small minivet
Pericrocotus divaricatus, Ashy minivet
Pericrocotus flammeus, Scarlet minivet
Pericrocotus igneus, Fiery minivet
Pericrocotus lansbergei, Flores minivet
Pericrocotus miniatus, Sunda minivet
Pericrocotus solaris, Grey-chinned minivet
Famili CHAETORHYNCHIDAE –
Philentoma phyropterum, Rufous-winged philentoma
Philentoma velatum, Maroon-breasted philentoma
Tephrodornis gularis, Large woodshrike
Famili CHLOROPSEIDAE –
Chloropsis aurifrons, Golden-fronted leafbird
Chloropsis cochinchinensis, Blue-winged leafbird
Chloropsis cyanopogon, Lesser green leafbird
Chloropsis sonnerati, Greater green leafbird
Chloropsis venusta, Blue-masked leafbird
Famili CINCLOSOMATIDAE –
Androphobus viridis, Papuan whipbird
Cinclosoma ajax, Paited quail-thrush
Eupetes macrocercus, Malaysian rail-babbler
Ifrita kowaldi, Blue-capped ifrita
Ptilorrhoa caerulescens, Blue jewel-babbler
Ptilorrhoa castanonota, Chestnut-backed jewel-babbler
Ptilorrhoa leucosticta, Spotted jewel-babbler
Famili CLIMACTERIDAE –
Cormobates placens, Papuan treecreeper
Famili CORVIDAE –
Cissa chinensis, Green magpie
Cissa thalassina, Short-tailed magpie
Corvus enca, Slender-billed crow
Corvus florensis, Flores crow
Corvus fuscicavillus, Brown-headed crow
Corvus macrorhynchos, Large-billed crow
Corvus orru, Torresian crow
Corvus splendens, House crow
Corvus tristis, Grey crow
Corvus typicus, Piping crow
Corvus unicolor, Banggai crow
Corvus validus, Long-billed crow
Crypsirina temia, Racquet-tailed treepie
Dendrocitta cinerascens, Bornean treepie
Dendrocitta occipitalis, Sumatran treepie
Pityriasis gymnocephala, Bornean bristlehead
Platylophus galericulatus, Crested jay
Platysmurus leucopterus, Black magpie
Famili CRACTICIDAE –
Cracticus cassicus, Hooded butcherbird
Cracticus mentalis, Black-backed butcherbird
Cracticus quoyi, Black butcherbird
Gymnorhina tibicen, Australasian magpie
Peltops blainvillii, Lowland peltops
Peltops montanus, Mountain peltops
Famili DICAEIDAE –
Dicaeum agile, Thick-billed flowerpecker
Dicaeum annae, Golden-rumped flowerpecker
Dicaeum aureolimbatum, Yellow-sided flowerpecker
Dicaeum celebicum, Grey-sided flowerpecker
Dicaeum chrysorreum, Yellow-vented flowerpecker
Dicaeum concolor, Plain flowerpecker
Dicaeum cruentatum, Scarlet-backed flowerpecker
Dicaeum erythrothorax, Flame-breasted flowerpecker
Dicaeum everetti, Brown-backed flowerpecker
Dicaeum geelvinkianum, Red-capped flowerpecker
Dicaeum hirundinaceum, Mistletoebird
Dicaeum iginpectus, Fire-breasted flowerpecker
Dicaeum igniferum, Black-fronted flowerpecker
Dicaeum maugei, Red-chested flowerpecker
Dicaeum monticolum, Black-sided flowerpecker
Dicaeum nehrkorni, Crimson-crowned flowerpecker
Dicaeum pectorale, Olive-crowned flowerpecker
Dicaeum sanguinolentum, Blood-breasted flowerpecker
Dicaeum trigonostigma, Orange-bellied flowerpecker
Dicaeum trochileum, Scarlet-headed flowerpecker
Dicaeum vulneratum, Ashy flowerpecker
Prionochilus maculatus, Yellow-breasted flowerpecker
Prionochilus percussus, Crimson-breasted flowerpecker
Prionochilus thoracicus, Scarlet-breasted flowerpecker
Prionochilus xanthopygius, Yellow-rumped flowerpecker
Famili DICRURIDAE –
Chaetorhynchus papuensis, Papuan drongo
Dicrurus aeneus, Bonzed drongo
Dicrurus annectans, Crow-billed drongo
Dicrurus bracteatus, Spangled drongo
Dicrurus densus, Wallacean drongo
Dicrurus hottentottus, Hair-crested drongo
Dicrurus leucophaeus, Ashy drongo
Dicrurus macrocercus, Black drongo
Dicrurus montanus, Sulawesi drongo
Dicrurus paradiseus, Greater racquet-tailed drongo
Dicrurus remifer, Lesser racquet-tailed drongo
Dicrurus sumatranus, Sumatran drongo
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar