Selasa, Maret 10, 2009

PENGUASA BUMI

KALAU kita menyimak informasi bahwa serangga (insects dan arachnids) saat ini merupakan kelompok hewan yang terbanyak jenisnya di bumi, mencapai 950.000 species atau lebih, maka itu berarti serangga benar-benar adalah mahluk yang menguasai bumi ini. Serangga, seperti juga kelompok satwa lainnya, memiliki peran yang penting dan spesifik dalam sistem ekologi bumi. Kemampuan serangga luar biasa, terutama di dalam menghuni semua relung habitat, baik di daratan maupun di perairan. Bahkan serangga, mampu juga membangun habitat pada tubuh mahluk lain, yang sekaligus menjadi inang atau produsen.


Indonesia dengan posisi yang berada di daerah tropik, yang sebagian besar wilayahnya juga masih tertutup hutan, savanna, semak-belukar, danau, rawa dan air payau, merupakan gudang serangga. Belum terinventarisasi secara detil, tetapi diperkirakan jumlah species serangga di Indonesia sekitar 100 – 300 ribu species.


Peranan serangga bagi lingkungan sudah pasti, seperti sebuah mesin yang bergerak untuk mendorong berfungsinya alat lain secara maksimal. Jutaan lebah dan kerabatnya, akan bergerak dari pagi sampai sore untuk melakukan penyerbukan terhadap tumbuhan di hutan. Ribuan jenis lainnya memiliki peran menghancurkan sampah hutan menjadi humus, yang menyediakan unsur hara bagi tumbuhan. Buah busuk yang jatuh di lantai hutan, dikerumuni serangga, dan di sana ada satwa lain yang mengintai serangga: katak, kadal, dan lainnya, berpesta pora.


Serangga memiliki keistimewaan, karena sebagian besar mampu melakukan perpindahan tempat pada jarak-jarak tertentu. Selain itu, serangga juga memiliki karakteristik dengan siklus hidup yang singkat, dan ada di antaranya memiliki beberapa fase dalam tahapan perkembangannya: telur, ulat, kepompong dan serangga dewasa.


Tampilan morfologis serangga tidak kalah menarik dengan kelompok satwa lain, baik bentuk fisiologinya maupun warna-warninya. Memang, cukup banyak juga yang berpenampilan “mengerikan” seperti seekor monster mini, dan menimbulkan rasa ngeri atau jijik pada sebagian orang. Tetapi sebenarnya, tampilan seperti itu bukanlah buruk, melainkan unik. Beberapa jenis serangga juga memiliki organ perlindungan diri, dalam bentuk bisa. Lebah, labah-labah, kalajengking dan banyak jenis lainnya, dapat membuat seseorang keracunan kalau tersengat atau tergigit, dan bahkan ada yang bisanya dapat mematikan.


Serangga merupakan sumber makanan yang terpenting dan potensial bagi banyak jenis satwa lainnya, semisal kelompok mamalia seperti kelelawar, cerurut, dan lainnya; kelompok burung, seperti paruhkatak, cabak, dan lainnya; dari kelompok reptil seperti cecak, kadal, dan lainnya; dari kelompok amfibia seperti katak, bangkong, dan lainnya; dari kelompok ikan seperti arowana, ikan pemanah, kepala timah, dan lainnya – dan kelompok manusia, yang makan belalang, telur tawon, dan lainnya. Tentunya, serangga juga tidak sedikit yang memangsa sesama serangga.


Kontribusi ekonomis serangga terhadap manusia sebenarnya telah berlangsung sejak lama, seperti pemanfaatan lebah madu untuk mendapatkan nectar, yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, dan bahkan sekarang lebah madu ini telah dibudidayakan. Jengkerik, dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan burung; sedangkan kupu-kupu sutra (Bombix sp.) sudah lama menjadi komoditi, karena serat ulatnya yang bermanfaat sebagai bahan untuk kain sutra yang bermutu.


Akibat eksploatasi berbagai sumber daya alam, kerusakan habitat, dan sebagainya, saat ini beberapa jenis serangga telah mulai langka dan terancam punah. Beberapa jenis serangga, seperti kupu-kupu sangat intensif dieksploatasi, untuk dijual sebagai cinderamata, atau beberapa jenis kumbang yang unik, yang ditangkap dan dijadikan hiasan permata pada cincin atau kalung.


Beberapa jenis serangga memang memiliki potensi sebagai inang atau vektor penyakit, seperti nyamuk yang merupakan penyebab malaria dan DBD. Lalat dan kerabatnya, menjadi vektor penyakit kolera dan disentri,. Kutu, di kepala dan di badan, merupakan hamah tubuh yang cukup mengganggu.


Selain itu, beberapa jenis serangga juga potensial sebagai hama, terutama untuk pertanian. Wereng, belalang, kutu loncat, adalah jenis-jenis serangga yang popular sebagai hama. Kumbang merupakan penggerek daun yang efektif, pelubang kayu balok dan papan, serta kecoak yang selalu mengganggu di lemari makan.


Namun terlepas dari semua “kekurangan” serangga, mereka punya jauh lebih banyak kelebihan dan potensi untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu, dengan memahami serangga secara lebih universal, terutama perannya dalam sistem ekologi, maka serangga merupak aset yang harus dijaga kelestariannya. Sebagai sumberdaya plasmanutfah, serangga memiliki potensi untuk dikembangkan terus di dalam mendukung kepentingan hidup manusia. Selama sebuah sumber cadangan genetika masih kita miliki, maka akan selalu tersedia alternatif untuk kemanfaatannya di masa depan. Karena itulah, kita sudah selayaknya memberi tempat hidup yang patut bagi serangga, bukan memusuhinya, melainkan mengakrabi dan mengendalikannya. Serangga, adalah penguasa bumi. Karena tanpa serangga, kita tidak tahu akan jadi apa bumi ini. (ais)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar